Tulisan ini saya
persembahkan untuk para lelaki yang bekerja di lautan, demi menafkahi istri,
anak, keluarga di daratan
Jumad 10 agustus 2012, hampir setengah hari saya terbuang
hanya untuk menunggu. Memang benar kata orang, menunggu itu adalah proses
mendewasakan emosi, namun tidak semudah itu dilakukan, karena ada cost yang harus dibayar untuk
meningkatkan tingkat penguasaan emosi kita. awalnya membuang recehan detik
hingga menit kurang terlalu terasa berat. Namun ketika harus mengeluarkan
lembaran jam untuk membayar hal "menunggu", itulah hal yang terberat.
Masing-masing orang tentunya memiliki alasan tersendiri mengapa dia harus
menunggu. Kalau saya, akan menunggu, jika hal yang saya tunggu memang berarti,
bernilai bagi saya.
Dimulai
dari jam 08:00 pagi, saya sudah duduk di tempat tunggu. Di bulan ini, nampaknya
ada sebuah toleransi yang diberikan dan mau tidak mau harus dimaklumi secara
seksama. ya, biasanya jam 08:00 tempat pendaftaran antrian untuk service motor Suzuki Pamulang sudah dibuka. tapi kali ini berbeda, pintu baru dibuka jam
08:45 "maklum mas, ini kan puasa,
jadi ya telat sedikit ga apa-apalah" ujar seorang mekanik sembari
membuaka pintu. Saya pun hanya melempar senyum sinis lalu membuang muka karena
sedikit agak kesal. Tapi tidak apa-apalah, toh
saya dapat nomor antrian ke-5 sesuai dengan siapa yang datang dahulu ke
tempat service.
Detik
demi detik berlalu, pegal benar-benar terasa. 1 motor saja bisa memakan paling tidak 30 menit untuk
waktu service. Motor bisa dibilang
adalah kaki ketiga saya, sangat berjasa dalam menggapai tempat-tempat yang
jaraknya mulai dari yang lumayan jauh sampai ke memang jauh. jadi, tidak ada salahnya
jika saya menyempatkan waktu sebulan sekali menemani dia untuk di massage oleh mekanik susuki Pamulang seperti
sekarang ini. Namun sayang, mekanik yang bertugas saat itu hanya setengah dari
biasanya yang bisa sampai 8 mekanik, jadi saya pun harus lebih bersabar lagi. "sabar ya mas .. maklum puasa, pada ga
lengkap gini jadinya." jawab
seorang petugas kasir usai saya melontarkan pertanyaan yang menanyakan kemana
mekanik yang lain.
Satu jam
berlalu sudah, ketika melihat motor ketiga digiring oleh seorang mekanik ke dalam
tempat service. tidak lama berselang
setelah itu datanglah seorang bapak mengendarai Suzuki skydrive, mengambil nomor antrian, lalu
dengan wajah yang menggerutu berjalan ke arah saya, lalu duduk di sebelah saya.
Dugaan saya benar. "waduh mas.
bakalan lama nih yak." "iya
mas, saya aja nomor urut 5, ga tahu, kayaknya sih bentar lagi." ucap
saya membalas pertanyaannya. "waduh
mas .. saya nomor urut 13 nih. bisa tua nih nunggunya" ucap bapak yang
mengenakan jaket biru tua itu, lalu kita pun saling tertawa kecil.
Keheningan
terpecah ketika bapak tadi yang wajahnya mirip dengan Jokowi, hanya saja dia
memiliki jenggot serta kumis sekitar 1cm-an mengajak saya berbicara. "mas motornya apa ?" "oh itu pak (saya menunjuk ke arah motor
saya) skiwave." "oh, itu toh, enak sih ya mas, sekarang
banyak yang memakai matic, lebih santai sih ya mas." saya pun
menggangguk saja. "iya mas, diluar
negeri kalau yang saya banyak lihat, itu semuanya pakai matic. jarang saya
lihat yang pakai bebek bergigi. paling banter tuh yak, kayak moge-moge gitu."
saya mulai tertarik dengan pembicaraan yang baru saja dilontarkan si bapak.
"emang dimana saja yang bapak lihat
?" tanya saya. "sejauh ini
ya mas, di Barcelona, Madrid, Miami, London, Romania, Italy, sama yang lainnya
tuh ya mas pakai matic semua, banyak yang pakai kayak vespa-vespa matic gitu
mas." jawab dia dengan gagah. Mendengar jawaban yang dilontarkan oleh
bapak itu, awalnya saya berpikir "bapak
ini jangan-jangan omong besar doang nampaknya" lalu saya bertanya lagi
"wuih pak, jauh amat kayaknya
tempat-tempat yang bapak sebutin. emang bapak kerja dimana ?" dan
tanpa berpikir panjang, langsung dijawab "saya kerja di kapal pesiar mas" saya pun sempat terdiam kaget,
si bapak lalu membuka resleting jaketnya
"ini loh mas lambang perusahaan saya
kerja (sambil menunjukan ke arah sebuah lambang di bajunya)" "oh .. ya, ya, ya" ucap saya, masih
dengan wajah yang menyiratkan rasa
kurang percaya.
Bongkahan
rasa tidak percaya itu, perlahan mencair lalu larut asik ke dalam cerita si
bapak itu. apalagi setelah mendengar bahwa dia bekerja di perusahaan kapal
pesiar milik Amerika, Royal Caribbean. "iya mas, cuma itu tadi, jauhnya dari rumah ituloh mas, ga nahan apalagi
harus pergi selama 8 bulan, ninggalin istri anak di rumah ga tega rasanya."
ucapnya. "memangnya mas, waktu
istirahatnya itu kapan ?" tanya saya penasaran. "ya gitu mas, dalam setahun itu yak, kan 8
bulan kerjanya, nah sisanya itu baru waktu free-nya. ya lumayan lah mas, 2-3
bulan waktu untuk berkumpul bersama keluarga." dari ceritanya, bapak
ini sudah menikah dan memiliki dua orang anak. mereka tinggal di perumahan
Villa Dago tol, daerah Ciater, dekat dengan sekolah Ora et Labora dan Burger
Blenger. menarik sekali mendengar cerita dari bapak itu. Kerja di kapal pesiar
sudah dilakukannya sejak tahun 2008. "sebelum
kerja di Royal Caribbean, saya kerja di Four Seasons mas, itu saya mulai di
four Seasons milik Canada itu sejak tahun 1998, pas banget, pas saya nikah."
lanjut cerita si bapak.
Jujur
saja, ini adalah sebuah cerita yang unik. sesuatu yang belum pernah saya duga
dan belum pernah saya dengar cerita seperti ini. pembicaraan lebih lanjut
membahas mengenai detail dari pekerjaan si bapak. Sekalipun itu milik
perusahaan asing, namun jam kerjanya sama seperti yang diterapkan sebagai
standar kerja yaitu masuk jam 08:00 sampai jam 17:00 (8 jam kerja) hanya saja
di kapal pesiar itu, dibuat sistem per-shift. Pekerjaan si bapak adalah sebagai
house keeping, pekerjaan yang sama
dilakukan seperti saat dia masih di hotel Four Seasons. "sama saja sih mas kerjaannya. relatif
santai, tidak terlalu berat, tapi mas, benefitnya lumayan. cuma kali ini, saya
ingin pengalaman baru saja. bekerja di laut, tapi bukan pelaut"
ucapnya sembari tersenyum.
Menarik
mendengar cerita si bapak ketika membahas mengenai benefit. Si Bapak lebih
memilih bekerja di perusahan asing, karena menurut dia, lebih menjanjikan dari
segi gaji dan yang ditekankan lagi oleh si bapak ialah, bahwa perusahaan asing
menganggap kita yang bekerja disitu, bukan sebagai "Pekerja"
melainkan sebagai "Partner (rekan kerja)" sehingga jelas ada yang
lebih berarti ketimbang hanya dimanfaatkan tenaganya. "cuman ya mas, ga semua yang asing itu bagus. ada juga sebuah
hotel di jakarta, yang juga terkenal, milik perancis. itu kata temen saya yang
kerja disitu, pelit ketika ngebahas mengenai uang ke karyawannya."
dari cerita si bapak, dulu waktu di hotel itu, benefitnya selain ada gaji
tetap, ada jamsosteknya, dan juga ada perlindungan kesehatan untuk seluruh
keluarganya. "kayak waktu itu mas,
contoh saja, waktu itu pas istri saya melahirkan, saya dapat kelas VVIP, dabel
V loh mas (tertawa kecil) itu saya
dikasih budget 12 juta, dan itu juga masih nyisa mas. Terus lagi, pas anak saya
sakit, anak saya masuk di kelas 2, lumayan kan tuh mas. Apalagi pas waktu itu,
saya sekamar sama seorang manager apa gitu. (si bapak kembali tertawa
kecil) Padahal saya hanya karyawan biasa."
Kini,
menurut hitungan, berarti sudah 4 tahun si bapak bekerja di perusahan kapal
pesiar milik Amerika tersebut. menurut ceritanya, kapal pesiar itu sangatlah
besar, bahkan menurut penuturannya, besarnya melebihi kapal pesiar legendaris
asal Liverpool, Titanic. "tidak usah
membayangkan yang ribet-ribet mas, anggepannya, mas membayangankan keadaan
sebuah hotel di darat yang lengkap dengan segala fasilitasnya, mulai dari
tempat Gym, lapangan basket, cafe, dan lain-lainnya, hanya saja ini berada di
tengah laut." ucapnya dengan semangat. Awalnya sempat kembali membeku
tidak percaya lagi, namun sebelum menulis cerita ini, saya percaya bahwa memang
benar adanya kalau kapal pesiar Royal Caribbean itu memang besar dan isinya amazing sekali. cek saja di situs
Youtube.com, lihat video yang mengulas isi dari kapal pesiar itu. informasi
tambahan saja dari Kompas.com, kapal ini memiliki 2.700 kamar yang tertata di
17 lantai, satu kapal saja memiliki bobot 225.280 ton yang dibangun dengan
biaya sekitar 1,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 12 triliun.
Kembali
si bapak bercerita, "perusahaan ini
memiliki kalau tidak salah 30 buah kapal pesiar, termasuk kapal pesiar kecil
yang ada melintas di sekitar perairan Asia, singapur dan sekitarnya, tapi tidak
ke Indonesia. dari sekitar 1.500 pekerja dari seluruh negara di dunia, ada
sekitar 50an orang yang berasal dari Indonesia, lumayanlah mas, ada temennya.
temen-temen saya banyak mas, mulai dari orang Jamaika, yang pernah mengajak
keluarganya sekalian berlibur di kapal tersebut, orang Hongkong, orang
Thailand, orang Inggris, Orang Venezuela, dan apa lagia yak ? lupa mas
(kembali, si bapak tertawa kecil) lalu saya bergurau, "wah pak, enak banget ya pak hitungannya,
jadi bapak kerja sembari liburan dong pak ?" "ya, bisa dibilang begitu sih mas, toh
kerjaan tidak terlalu berat. saya kalau
waktu senggang palingan pergi bermain pingpong sama temen saya orang Jamaika
itu." kembal si bapak menjelaskan.
Kapal ini
menyajikan sebuah kenyamanan untuk penumpangnya yang berjumlah sekitar 5.000an
orang. si bapak kembali menjelaskan "mas,
ini yang membedakan dengan negara kita. sudah dua perusahaan asing tempat saya
bekerja, dan di kedua perusahaan itu menerapkan prinsip Zero Tolerance mengenai hal-hal yang menyangkut kebersihan dan
keamanan. nah mas, kalau di Indonesia, kan masih ada pengertian-pengertian yang
diberikan. makanya mas, bisa dibilang, saya bekerja dengan standard
internasional. Semua diterapkan sama mas, mulai dari teknisi mesin sampai
kapten kapal pun sama." saya mulai memancing pembicaraan dengan kasus
kapal pesiar Costa Corcordia yang karam di lepas pantai Tuscany, Italia, 13
Januari 2012 silam. Dengan sigap, si bapak langsung menjawab pertanyaan saya.
"itu beda mas. prinsipnya gini,
kapal pesiar dari Amerika sudah jelas pasti bisa masuk Eropa, namun kapal Eropa
belum tentu bisa masuk Amerika. ini mas, karena standard Amerika sangat ketat. Zero Tolerance tadi mas. Itu kan kapal
Costa tadi, punya Italy kan mas. nah itu dia. itu saja ya mas, saat kasus itu
lagi marak dibicarakan, Royal Caribbean langsung melakukan rapat akbar terhadap
seluruh karyawan bersama dengan seluruh kapten kapal. langsung diperingatkan
tegas. bahwa kita menanggung 5.000 lebih nyawa orang di masing-masing kapalnya.
jadi tidak ada kata main-main mengenai keselamatan penumpang." Luar
biasa. Jika negara ini memberlakukan sistem Zero Tolerance terhadap setiap segi kehidupannya. Pasti negara ini juga
akan terkenal tidak hanya kekayaan alamnya saja, tapi sekaligus menawarkan
keamanan serta kenyamanannya berada di bumi pertiwi ini.
Si Bapak
selalu mulai pekerjaan-nya di Barcelona. Karena Barcelona adalah Homeped-nya (semacam pelabuhan
persinggahan untuk kapal pesiar ini) jadi, pekerjaan si bapak selalu diawali
dengan penerbangan dari Indonesia yang biayanya dibayar oleh si perusahaan
begitu pula saat kembali ke Indonesia. Si Bapak kembali bercerita "saya juga bisa keliling negara-negara, itu
karena setiap kapal berlabuh, kita karyawan boleh jalan-jalan berkeliling, ya
jadi kesempatan saya juga kan mas. sekaligus biasanya saya dan teman-teman
membeli makanan-makanan ringan untuk bekal selama di kapal. tapi ya mas enakan belanja barang-barang di
Amerika karena relatif lebih murah ketimbang barang-barang di Eropa."
berbicara mengenai jajan, awalnya saya berniat untuk menanyakan penghasilan
yang didapat si bapak. namun urung saya tanyakan. karena menurut saya, si bapak
sudah menjelaskannya."jajan sih ga
terlalu banyak mas, ya make gaji kedua saya aja. gaji pertama, yang rutin saya
terima tiap bulan hampir 80 persen saya kirim kasih ke istri saya. gaji kedua
saya, didapat dari tipping. tipping itu mas, udah kayak budaya bagi orang luar
deh. bayangin aja, mas ngelakuin apa saja, ngebersihin kamarnya, atau membantu
angkat barang, sudah pasti di kasih tip. minimal tuh ya mas, satu orang saja
bisa ngasih mas 20 Dollar. waktu itu saya pernah dapet 100 Dolar, itu saya
dapat pas ngebersihin kamar seorang bapak gitu." lanjut si bapak
sambil mengipasi dirinya dengan tangannya sendiri karena mulai merasa kepanasan
gara-gara masih mengenakan jaket.
Waktu pun
akhirnya menunjukan jam 11:10, seorang mekanik keluar dan datang menghampiri
motor saya. "Yes!! akhirnya"
saya pun beranjak menghampiri si mekanik menyerahkan kunci motor sekaligus
memberitahu permasalahan yang ada di motor saya ini. begitu kembali ke tempat
duduk, berniat ingin melanjutkan mendengar cerita si bapak, si bapak berkata
"haduh, bener kan bisa tua nih saya.
mas saja baru masuk motornya. gimana saya nih ? apa saya pulang saja yak, besok
baru saya kesini lagi." baru saya ingin membalas, si bapak sudah
keburu bangun dan menghampiri meja kasir. entah apa yang dibicarakan. tapi saya
kembali menyakini bahwa yang diceritakan si bapak adalah benar adanya ketika
sampai di meja kasir tersebut, si bapak melepaskan jaketnya, dan saya melihat
si bapak mengenakan sebuah baju putih dengan gambar kapal Royal Caribbean,
serta ada sebuah tulisan "Oasis of
the Seas", dan dibawahnya "Nation
of why not ?" tidak lama setelah membaca tulisan itu, si bapak
langsung menghampiri motornya, sambil memberikan senyum, dia berkata "mas, saya duluan pulang yak. nanti baru
kesini lagi deh. kelamaan kalau nunggu lagi." baru saja saya ingin membalasnya,
tetapi si bapak sudah keburu ngebut
duluan.
"Siapa
gerangan dirimu ? Siapa nama bapak ? tapi terima kasih sudah menemani saya, dan
sudah banyak becerita tentang pekerjaan bapak. semoga waktu mempertemukan kita
kembali, entah di tempat service motor ini, atau mungkin di atas kapal."
Motor saya pun akhirnya kelar di-service sekitar jam 14:00 setelah sebelumnya dipotong waktu
istirahat untuk si mekanik menunaikan ibadah salat jumad dari jam 11:30-13:00.
Berikut foto Royal Caribbean, bisa menjadi salah satu alternatif di libur lebaran kali ini
Berikut Video Royal Caribbean